Source » http://www.wakrizki.net/2011/03/membuat-effek-zoom-gambar-di-blog.html#ixzz1nxiiXUTj

SELAMAT DATANG DI BLOG INDONESIA BELAJAR

SELAMAT DATANG DI BLOG INDONESIA BELAJAR

Selasa, 17 April 2012

Nasehat J Kristiadi untuk PKS

J Kristiadi: PKS Jangan Terjerumus Partai Oportunis

Peneliti senior CSIS J Kristiadi menilai PKS sudah menunjukkan karakternya yang berseberangan dari kebanyakan partai koalisi soal isu BBM kemarin. Akan lebih mulia PKS keluar dari koalisi jika merasa koalisi tak memiliki agenda yang jelas, apalagi harus dikucilkan di atara partai politik lainnya.

"Kalau dia enggak tahan di situ karena tidak jelas agenda-agenda koalisi lalu keluar, engga apa-apa. Malah lebih mulia," ujar Kristiadi usai diskusi panel terkait pemilu dalam Musyawarah Kerja Nasional III, Partai Demokrasi Sejahtera di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (17/4/2012).

Menurut Kristiadi, jika PKS memilih bertahan di dalam dengan memanfaatkan kedudukan, tapi tak sehaluan dengan agenda koalisi akan berdampak buruk baginya.

"Itu malah mencemarkan nama PKS yang sudah baik ini yang sudah ada identitas partai yang memiliki kredibilitas," tambahnya.

Ketika ditanya apakah sikap PKS yang tetap berada pada jalurnya akan mengganggu efektifitas pemerintah, menurut Kristiadi, hal tersebut dikembalikan kepada sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pilihannya apakah dia mau berbuat nekat sebagai pemimpin atau tidak.

Menyusul sikap PKS yang menolak kenaikan saat paripurna berapa waktu lalu, berimbas di pemerintahan. Ketika SBY mengumpulkan beberapa menterinya di Istana Bogor, semua menteri dari PKS tidak ada yang diundang.


*http://www.tribunnews.com/2012/04/17/kristiadi-pks-jangan-terjerumus-partai-oportunis

Dilema PKS dalam Peta Politik Nasional Masa Depan


Oleh : Oryza A. Wirawan*

Maret lalu, Burhanuddin Muhtadi, peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menerbitkan buku berjudul 'Dilema PKS: Suara dan Syariah'.

Dalam bukunya itu, Burhanuddin memaparkan kontradiksi sekaligus dilema yang harus dihadapi PKS untuk memperluas basis politik. Secara historis, PKS dilahirkan dari gerakan dakwah di masjid kampus, dan menjadikan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan politik di Mesir, sebagai referensi. Saat di kampus, mereka menamakan diri gerakan Tarbiyah.

Ikhwanul Muslimin atau Persaudaraan Umat Islam adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan Hasan Al-Bana. Di Mesir, gerakan ini cukup memiliki pengaruh, dan menguasai parlemen. Bahkan, gerakan perlawanan di Palestina, Hamas, dilahirkan oleh kader-kader Ikhwanul Muslimin.

Era reformasi membawa berkah bagi gerakan Tarbiyah. Mereka membentuk partai bernama Partai Keadilan. Kendati memiliki soliditas organisasi, namun partai ini pada pemilu 1999 gagal memperoleh suara signifikan. Partai ini masih dicitrakan 'fundamentalis'.

Kelompok Tarbiyah berubah taktik. Mereka membentuk partai baru, Partai Keadilan Sejahtera. Kendati tetap berasas Islam, PKS memilih isu umum yang lebih luas tanpa melekatkan 'bunyi-bunyian' Islam yang formalistik. Islam dijadikan nafas dan semangat saja dalam isu-isu, seperti isu antikorupsi maupun isu perbaikan ekonomi.

Taktik jitu. Pemilu 2004 bergulir, dan PKS memperoleh suara sebanyak 7,34 persen atau 8.325.020 pendukung. Mereka menggenggam 45 dari 550 kursi di DPR RI. Pemilu 2009, PKS mendapat 57 kursi dari perolehan suara pemilih 8.206.955 suara (7,9 persen).

Sejauh ini, dalam pandangan Burhanuddin, PKS mampu tampil sebagai partai Islam yang dicitrakan moderat dan tidak antidemokrasi. Namun jika ingin memenangkan pemilu, partai ini harus lebih membuka diri. Citra sebagai partai yang bersih saja tidak cukup.

Risikonya, PKS harus lebih pragmatis, dan itu berarti sedikit beringsut dari posisi ideologis saat ini. Posisi ideologis yang dimaksud di sini adalah posisi partai sebagai harakah atau gerakan untuk menegakkan Islam yang kaffah (menyeluruh) di jalur politik.

Saya bertemu dengan Nur Mahmud Ismail, deklarator dan presiden pertama PKS, di sela-sela kunjungannya ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat dan Sabtu (13 dan 14/4/2012). Saya tanyakan pendapatnya mengenai tesis Burhanuddin Muhtadi tersebut.

Nur Mahmudi sepakat, jika Partai Keadilan Sejahtera harus memperluas konstituen saat ini. Namun itu bisa dilakukan tanpa meninggalkan apa yang menjadi identitas partai selama ini.

"Perluasan konstituen harus dilakukan dengan pendekatan kerja yang benar, kerja yang lebih profesional, memperbanyak anasir-anasir yang bekerja demi bangsa dan negara," kata pria yang sekarang menjabat Walikota Depok ini.

Kader PKS dituntut untuk berbuat lebih banyak dalam profesi dan bidang masing-masing. Nur Mahmudi menyatakan, kader partai harus sungguh-sungguh bisa membaca kebutuhan bangsa dan negara.

Apakah ini berarti Nur Mahmudi tak mau terjebak pada pendekatan dikotomis atau dilematis versi Burhanuddin?

Inilah penjelasannya soal perluasan konstituen PKS. "Saya tidak melihat konstituen baru dan lama. PKS harus tetap konsisten berjuang untuk karya yang baik. Setiap kader harus banyak berbuat merespons kepentingan bangsa ini, di seluruh aspek kehidupan harus berkiprah."

Nur Mahmudi mengakhiri sesi wawancara dengan saya dan dua wartawan lainnya. Salah satu kawan saya, seorang wartawati, mengajaknya bersalaman selayaknya kepada narasumber lainnya. Dan Nur Mahmudi menyalaminya. [wir]

*sumber: http://www.beritajatim.com