Source » http://www.wakrizki.net/2011/03/membuat-effek-zoom-gambar-di-blog.html#ixzz1nxiiXUTj

SELAMAT DATANG DI BLOG INDONESIA BELAJAR

SELAMAT DATANG DI BLOG INDONESIA BELAJAR

Selasa, 17 April 2012

Nasehat J Kristiadi untuk PKS

J Kristiadi: PKS Jangan Terjerumus Partai Oportunis

Peneliti senior CSIS J Kristiadi menilai PKS sudah menunjukkan karakternya yang berseberangan dari kebanyakan partai koalisi soal isu BBM kemarin. Akan lebih mulia PKS keluar dari koalisi jika merasa koalisi tak memiliki agenda yang jelas, apalagi harus dikucilkan di atara partai politik lainnya.

"Kalau dia enggak tahan di situ karena tidak jelas agenda-agenda koalisi lalu keluar, engga apa-apa. Malah lebih mulia," ujar Kristiadi usai diskusi panel terkait pemilu dalam Musyawarah Kerja Nasional III, Partai Demokrasi Sejahtera di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (17/4/2012).

Menurut Kristiadi, jika PKS memilih bertahan di dalam dengan memanfaatkan kedudukan, tapi tak sehaluan dengan agenda koalisi akan berdampak buruk baginya.

"Itu malah mencemarkan nama PKS yang sudah baik ini yang sudah ada identitas partai yang memiliki kredibilitas," tambahnya.

Ketika ditanya apakah sikap PKS yang tetap berada pada jalurnya akan mengganggu efektifitas pemerintah, menurut Kristiadi, hal tersebut dikembalikan kepada sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pilihannya apakah dia mau berbuat nekat sebagai pemimpin atau tidak.

Menyusul sikap PKS yang menolak kenaikan saat paripurna berapa waktu lalu, berimbas di pemerintahan. Ketika SBY mengumpulkan beberapa menterinya di Istana Bogor, semua menteri dari PKS tidak ada yang diundang.


*http://www.tribunnews.com/2012/04/17/kristiadi-pks-jangan-terjerumus-partai-oportunis

Dilema PKS dalam Peta Politik Nasional Masa Depan


Oleh : Oryza A. Wirawan*

Maret lalu, Burhanuddin Muhtadi, peneliti Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, menerbitkan buku berjudul 'Dilema PKS: Suara dan Syariah'.

Dalam bukunya itu, Burhanuddin memaparkan kontradiksi sekaligus dilema yang harus dihadapi PKS untuk memperluas basis politik. Secara historis, PKS dilahirkan dari gerakan dakwah di masjid kampus, dan menjadikan Ikhwanul Muslimin, sebuah gerakan politik di Mesir, sebagai referensi. Saat di kampus, mereka menamakan diri gerakan Tarbiyah.

Ikhwanul Muslimin atau Persaudaraan Umat Islam adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan Hasan Al-Bana. Di Mesir, gerakan ini cukup memiliki pengaruh, dan menguasai parlemen. Bahkan, gerakan perlawanan di Palestina, Hamas, dilahirkan oleh kader-kader Ikhwanul Muslimin.

Era reformasi membawa berkah bagi gerakan Tarbiyah. Mereka membentuk partai bernama Partai Keadilan. Kendati memiliki soliditas organisasi, namun partai ini pada pemilu 1999 gagal memperoleh suara signifikan. Partai ini masih dicitrakan 'fundamentalis'.

Kelompok Tarbiyah berubah taktik. Mereka membentuk partai baru, Partai Keadilan Sejahtera. Kendati tetap berasas Islam, PKS memilih isu umum yang lebih luas tanpa melekatkan 'bunyi-bunyian' Islam yang formalistik. Islam dijadikan nafas dan semangat saja dalam isu-isu, seperti isu antikorupsi maupun isu perbaikan ekonomi.

Taktik jitu. Pemilu 2004 bergulir, dan PKS memperoleh suara sebanyak 7,34 persen atau 8.325.020 pendukung. Mereka menggenggam 45 dari 550 kursi di DPR RI. Pemilu 2009, PKS mendapat 57 kursi dari perolehan suara pemilih 8.206.955 suara (7,9 persen).

Sejauh ini, dalam pandangan Burhanuddin, PKS mampu tampil sebagai partai Islam yang dicitrakan moderat dan tidak antidemokrasi. Namun jika ingin memenangkan pemilu, partai ini harus lebih membuka diri. Citra sebagai partai yang bersih saja tidak cukup.

Risikonya, PKS harus lebih pragmatis, dan itu berarti sedikit beringsut dari posisi ideologis saat ini. Posisi ideologis yang dimaksud di sini adalah posisi partai sebagai harakah atau gerakan untuk menegakkan Islam yang kaffah (menyeluruh) di jalur politik.

Saya bertemu dengan Nur Mahmud Ismail, deklarator dan presiden pertama PKS, di sela-sela kunjungannya ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat dan Sabtu (13 dan 14/4/2012). Saya tanyakan pendapatnya mengenai tesis Burhanuddin Muhtadi tersebut.

Nur Mahmudi sepakat, jika Partai Keadilan Sejahtera harus memperluas konstituen saat ini. Namun itu bisa dilakukan tanpa meninggalkan apa yang menjadi identitas partai selama ini.

"Perluasan konstituen harus dilakukan dengan pendekatan kerja yang benar, kerja yang lebih profesional, memperbanyak anasir-anasir yang bekerja demi bangsa dan negara," kata pria yang sekarang menjabat Walikota Depok ini.

Kader PKS dituntut untuk berbuat lebih banyak dalam profesi dan bidang masing-masing. Nur Mahmudi menyatakan, kader partai harus sungguh-sungguh bisa membaca kebutuhan bangsa dan negara.

Apakah ini berarti Nur Mahmudi tak mau terjebak pada pendekatan dikotomis atau dilematis versi Burhanuddin?

Inilah penjelasannya soal perluasan konstituen PKS. "Saya tidak melihat konstituen baru dan lama. PKS harus tetap konsisten berjuang untuk karya yang baik. Setiap kader harus banyak berbuat merespons kepentingan bangsa ini, di seluruh aspek kehidupan harus berkiprah."

Nur Mahmudi mengakhiri sesi wawancara dengan saya dan dua wartawan lainnya. Salah satu kawan saya, seorang wartawati, mengajaknya bersalaman selayaknya kepada narasumber lainnya. Dan Nur Mahmudi menyalaminya. [wir]

*sumber: http://www.beritajatim.com

Selasa, 28 Februari 2012

PROPOSAL PTK MATEMATIKA


BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Dewasa ini perkembangan ilmu metematika telah meningkat cukup pesat karena peranannya yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Satu hal yang tidak dapat disangkal bahwa untuk menunjang keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi peranan matematika menjadi penting. Hal ini dilihat dari kenyataan bahwa logika yang berpangkal pada matematika selain merupakan dasar dan pangkal tolak penemuan dan pengembangan ilmu-ilmu lain juga merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan umat manusia.
Dalam proses pendidikan, ada dua komponen yang sangat berpengaruh untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Bagi seorang guru dibutuhkan kompetensi dalam usaha menerapkan pelajaran kepada siswa agar dapat mengerti dengan baik. Oleh sebab itu, siswa adalah salah satu komponen pendidikan yang menempati posisi sentral, khususnya dalam proses belajar mengajar karena siswa selalu menjadi salah satu pokok persoalan dalam dunia pendidikan. Diantara masalah tersebut adalah rendahnya hasil belajar matematika.
Pembelajaran matematika yang selama ini dilakukan cenderung menggunakan metode konvensional, yakni ceramah yang monoton, tak ada timbal balik dan tanya jawab dan pemberian tugas (Somerset dan Suryanto) dalam Nursyafi’i (2001: 60). Akibatnya, siswa kurang berminat untuk  mengikuti pembelajaran. Hal ini berefek pada rendahnya hasil belajar siswa.
Permasalahan tersebut di atas diharapkan dapat teratasi dengan menggunakan cara mengajar yang lebih menyenangkan dan jauh dari hal-hal yang monoton. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Seperti  penelitian yang dilakukan Hulten dan De Vries pada tahun 1976 di Suburdan MD yang meneliti pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar siswa, dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar akademik kelas kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (Slavin, 1995).
Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti untuk mencoba mengadakan suatu penelitian dalam bentuk penelitian tindakan  kelas (PTK) dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang berjudul judul: “Meningkatkan Hasil Belajar  Matematika Siswa SMAN 2 Wangi-wang Pada Pokok Bahasan Logaritma Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  Jigsaw”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Hasil Belajar  Matematika Siswa SMAN 2 Wangi-wangi  Pada Pokok Bahasan Logaritma dapat ditingkatkan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  Jigsaw. ?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar  Matematika Siswa SMAN 2 Wangi-wangi  Pada Pokok Bahasan Logaritma Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  Jigsaw
D.    Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.        Bagi guru diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di kelas khususnya pada pokok bahasan Bentuk Pangkat, Akar dan Logaritma.
2.        Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
3.        Bagi sekolah sebagai masukan yang baik pada sekolah dalam rangka perbaikan atau peningkatan pembelajaran, khususnya pelajaran matematika.
4.        Bagi peneliti dapat memberikan suatu pengalaman baru, dengan harapan hasil penelitian dapat diterapkan di sekolah lainnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Hasil Belajar Matematika
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 895) disebutkan bahwa Prestasi/hasil belajar sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Lazimnya ditujukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
Pada dasarnya hasil belajar matematika diperoleh melalui keseluruhan proses pembelajaran, dimana proses belajar bukan sekedar mencatat, membaca serta menghafal melainkan harus dimengerti dan dipahami tentang apa yang dipelajari.
Hasil belajar matematika tidak lain adalah merupakan hasil akhir dari proses belajar matematika sebagai perwujudan dari segala upaya yang telah dilakukan selama berlangsung proses tersebut. Hasil belajar yang dicapai setelah terjadi proses belajar adalah merupakan bukti dari proses belajar itu sendiri yang terwujud dalam bentuk nilai. Nilai inilah yang dijadikan sebagai ukuran hasil belajar.
Slameto (1998: 16) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang tertentu  dan untuk memperolehnya menggunakan tes standar sebagai pengukuran keberhasilan seorang siswa.
Menurut Negoro (1970: 3) menyatakan bahwa hasil belajar adalah salah satu indikator dari perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Sedangkan adanya perubahan ini tampak dalam hasil yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan dan tugas yang diberikan oleh guru.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Winkel (1985: 161) mengemukakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman dan segi kelakuan serta dalam segi nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam hasil belajar yang dihasilakan oleh siswa terhadap pernyataan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru.

B.      Model Pelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama, yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk, mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Jhonson dalam Ismail, 2002: 12). Para siswa dibatasi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada  siswa agar  dapat terlibat secara aktif  dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan model kooperatif dalam membangkitkan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran memang sangat dimungkinkan, karena model ini menekankan kerjasama antar siswa dalam kelompok kecil. Melalui proses kerjasama, siswa dapat saling mengisi dan bertukar pikiran secara aktif. Oleh sebab itu, model kooperatif dapat memberikan manfaat: (1) mendorong siswa belajar, bekerja dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas; (2) menumbuhkan kebangkitan sikap dan perilaku demokratis dan saling ketergantungan secara positif; (3) mendorong siswa yang pendiam atau pasif untuk ikut berperan aktif dalam proses belajar mengajar (Pudjiastuti dalam Lukman, 2006).
Posamentrier dalam Rachmad (www.p3gmatyo.co.id) secara sederhana menyebutkan bahwa belajar secara kooperatif adalah penerapan beberapa siswa dalam kelompok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas. Sejalan dengan itu, Nurhadi (2004: 112) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.       Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”.
b.      Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
c.       Siswa haruslah melihat bahwa anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d.      Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
e.       Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan  hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f.       Siswa berbagi keterampilan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g.      Siswa akan diminta untuk mempertanggungjawabkan  secara individu antara lain materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Ibrahim dkk, 2000: 6).
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a.       Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.      Kelompok yang dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.       Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku jenis kelamin berbeda-beda.
d.      Penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu. (Ibrahim dkk, 2000: 6-7).
Lebih lanjut Ibrahim dkk (2000: 6-7) mengemukakan 3 tujuan penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
a.       Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Artinya bahwa dalam satu kelompok belajar diharapkan siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah.
b.      Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, keadaan sosial, maupun ketidak mampuan.
c.       Mengajar kepada siswa keterampilan, kerjasama dan kolaborasi.
Berdasarkan unsur-unsur pembelajaran kooperatif, ciri-ciri dan tujuannya, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang menunjukkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran yang lama.
Salah satu tipe pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Jigsaw dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Arronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, siswa dibagi berkelompok dengan 5 sampai 6 orang anggota kelompok belajar heterogen. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bahan tertentu dari bahan yang diberikan itu. Anggota dari kelompok lain yang mendapat tugas, topik tugas yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Selanjutnya anggota dari tim ahli kembali ke kelompok asal dan mengerjakan apa yang telah dipelajarinya dan berdiskusi di dalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya sendiri (Ibrahim, 2000:21).
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu, disusun langkah-langkah pokok, yaitu : (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diatur secara intruksional sebagai berikut :
a.  Membaca: peserta didik memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.
b.  Diskusi kelompok ahli: peserta didik dengan topik-topik yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut.
c.  Diskusi kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.
d.  Kuis: peserta didik memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e.  Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok. (Tim PLPG Unhalu, 2011: 156)

Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Kelompok asal 5 atau 6 anggota yang heterogen


                                                                       
(Ibrahim, 2000:22)
C.    Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika dibutuhkan tingkat aktivitas yang tinggi baik mental maupun fisik. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran kooperatif matematika, yaitu mengembangkan aktivitas kreatif siswa dalam memenuhi konsep matematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan peluang kepada para siswa yang belum memahami pelajaran untuk bertanya dan sebaliknya, siswa yang sudah memahami pelajaran diharuskan untuk mengajarkan kepada siswa yang belum mengetahui. Proses ini terjadi setelah siswa yang berasal dari kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan teman sekelompoknya di kelompok  asal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw dapat memaksimalkan keaktifan siswa dalam belajar matematika dan hal ini akan berdampak pada peningkatan hasil belajar matematika siswa.

D.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  Jigsaw maka Hasil Belajar  Siswa  SMAN 2 Wangi-wangi  Pada Pokok Bahasan Logaritma dapat ditingkatkan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Setting Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada Bulan Juli semester  Ganjil tahun ajaran 2011/2012 di kelas X SMA Negeri 2 Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi.
B.     Variable Yang  Diselidiki
Untuk menjawab permasalahan yang timbul, ada beberapa faktor yang ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah:
a.       Faktor siswa, yaitu melihat kemampuan siswa dalam pelajaran matematika, khususnya pada saat mempelajari pokok bahasan Logaritma.
b.      Faktor guru, yaitu melihat bagaimana materi pelajaran disiapkan, teknik yang digunakan guru dalam menerapkan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

C.    Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus. Untuk  mengetahui kemampuan awal siswa, maka sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu diberikan tes awal. Tiap siklus  terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, refleksi. Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
       a.          Perencanaan. Kegiatan yang dilakukan pada tindakan ini adalah:
1.      Membuat skenario pembelajaran.
2.      Membuat lembar observasi.
3.      Membuat instrumen penelitian yang meliputi  alat evaluasi berupa tes disertai jawaban dan panduan pengskoran.
4.      Membuat jurnal untuk refleksi diri.
a.       Pelaksanaan tindakan; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
1)      Kegiatan Pendahuluan
-          Menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran.
-          Memberi motivasi
-          Memberikan apersepsi
2)      Kegiatan Inti
-          Menyajikan konsep-konsep pelajaran matematika kepada siswa sesuai dengan topik yang diajarkan.
-          Membagi siswa didalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 orang
-          Membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok.
-          Membimbing dan mengarahkan diskusi dalam kelompok ahli.
-          Membimbing dan Mengarahkan kelompok ahli untuk kembali dan berdiskusi didalam kelompok asal

3)      Kegiatan Penutup
-          Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembahasan.
-          Guru dan siswa melakukan refleksi.
-          Memberi tugas/evaluasi untuk dikerjakan di rumah.
      b.          Observasi dan Evaluasi: Peneliti melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan guru, dan bersama guru melaksanakan evaluasi.
       c.        Refleksi. Pada tahap ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan kemudian dianalisis kelemahan-kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada siklus berikutnya.

D.    Data dan Teknik Pengumpulan Data
a.       Sumber data: Guru dan siswa.
b.      Jenis data: Jenis data yang akan diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil hasil belajar, sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan jurnal.
c.       Teknik Pengumpulan Data
1.      Data mengenai kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diambil dengan menggunakan lembar observasi.
2.      Data mengenai refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.
3.      Data mengenai hasil belajar matematika diambil dengan menggunakan tes.
E.     Indikator Kinerja
Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
a.       Suatu pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dikatakan berhasil apabila minimal 80 % skenario pembelajaran terlaksana dengan baik.
b.       Pencapaian ketuntasan belajar apabila minimal 75% siswa tersebut telah memperoleh nilai minimal ³ 70 (ketentuan dari sekolah).
F.     Rencana dan Model Penelitian Tindakan Kelas





DAFTAR PUSTAKA

Hudoyo, Herman, 1988. Belajar Mengajar Matematika. P2LPTK. Jakarta

Ibrahim, M. dkk, 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya: University Perss.

Ismail, 2002. Model-Model Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta.

Nursyafi’I, Hartadji, 2001. Pengembangan dan Uji Coba Perangkat Contextual Teaching and Learning. Jakarta. Depdiknas. Jakarta.

Russe Fendi, E.T. 1980. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Tarsito. Bandung.

Slameto, 1905. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.  Jakarta.

Sudjana, N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sumarno, Utari. 2002. Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. FMIPA-UPI. Bandung.

Team Proyek PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas, (Bahan Pelatihan Dosen LPTK dan Guru Sekolah Menengah). Depdikbud. Jakarta.

Usman, M.U. 2000. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Wartono, dkk, 2004. Materi Penelitian Terintegrasi Sains. Depdiknas. Jakarta.

Winkel, W.S. 1989. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Gramedia. Jakarta.